Tanya dari segala pecinta
Lenakan kehidupan
Tak disangkakan. Udara berwarna pagi ini
Lepas
Jasad terbujur kaku
Kepaknya merah saga, gelepar
Jatuh, baker dalam sarang
Tak mimpi
Bumi pasrah arak-arakan hidup sepanjang
Masa
Mencium sunyi aroma-Mu
Sepanjang patok debu pagi sahdu
Geliat alir rindu dalam bunga bangkai
Melati televisi, mawar radio, sajak koran
Warna
Dihadapan Tuhan sama, asa
Tak di batas ruang batu, asa
Tak dibatas dinding tanah, asa
Kupercayakan bumi dicinta
Menuju kesadaran suci
Yang tertera aroma udara dan nyanyi
Bandung, 05-09-2005
Salam Sastra !
Kebahagiaan dan kedamaian adalah bila bertaut tangan menjalin silaturrahmi.
Maka tak ada lagi di dunia ini sengketa dan pertikaian antara sesama insan.
Manakala memandang ke cakrawala, membentanglah pelangi cinta dan kasih.
Dan manakala memandang sejauh - jauh samudera, mengalunlah ombak perdamaian
menyisir kaki-kaki langit.
Ahmad Syam'ani
Rabu, 30 Juli 2008
Minggu Raya
Mancur di setiap sudut hening
Malam ada di setiap hari mereka
Menyetubuhi pemandian matahari
Bulan disimpan
Dihadapan ranjang bugil
Ada tatapan liar sahwat
Tiap pikiran
Tiap hati
Tiap ucapan
Dikubur
Mancur nafas aroma botol
Di gelas kehidupan
Reguk sekejap kabar
Banjarbaru, 2 Ramadhan 1426 H.
Malam ada di setiap hari mereka
Menyetubuhi pemandian matahari
Bulan disimpan
Dihadapan ranjang bugil
Ada tatapan liar sahwat
Tiap pikiran
Tiap hati
Tiap ucapan
Dikubur
Mancur nafas aroma botol
Di gelas kehidupan
Reguk sekejap kabar
Banjarbaru, 2 Ramadhan 1426 H.
Syair Perempuan
Kota bergerak mencari kata-kata
Lewat panggung pentas dalam bahasa mata
Memikat
Orang-orang di sini masih menjadi jam
Tidur
Penuh sandiwara murahan
Lihat, salam hangat perempuan
Lentik matanya
Ketika sedikit kata-kata menari
Sampai jejak pintu pentaspun memanggil
Namanya, dengan tekun
Dengarlah, robekan tepukan mengucurkan
Teriakan, ada senyuman diperdengarkan
Untukku dan lampu-lampu kehilangan warna
Kehangatannya, kerinduannya
Sampai kudengar kau mengigau di luar teras
Puisi
Kota-kota kabupaten melewati beribu tapak
Pohonan merah
Kau yang mengatur ruangan kata
Dalam gerak seni
Tanpa kehilangan kodrat.
Subang, 25 September 2005
Lewat panggung pentas dalam bahasa mata
Memikat
Orang-orang di sini masih menjadi jam
Tidur
Penuh sandiwara murahan
Lihat, salam hangat perempuan
Lentik matanya
Ketika sedikit kata-kata menari
Sampai jejak pintu pentaspun memanggil
Namanya, dengan tekun
Dengarlah, robekan tepukan mengucurkan
Teriakan, ada senyuman diperdengarkan
Untukku dan lampu-lampu kehilangan warna
Kehangatannya, kerinduannya
Sampai kudengar kau mengigau di luar teras
Puisi
Kota-kota kabupaten melewati beribu tapak
Pohonan merah
Kau yang mengatur ruangan kata
Dalam gerak seni
Tanpa kehilangan kodrat.
Subang, 25 September 2005
Langganan:
Postingan (Atom)